Belajar Mandiri Materi Drama Kelas XI_Contoh Naskah Drama
Rumah Di Tubir Jurang
Karya
S. Yoga
Eyang Kakung Usia 80
Tuan Sunan Setengah Baya
Nyonya Sumirah Setangah Baya
Papa (Umar) 23 tahun
Mama (Lastri) 23 tahun
Mawar 21 tahun
Noki 21 tahun
Ijah Pembantu Rumah Tangga 17 tahun
PROLOG
Dikisahkan di
sebuah rumah dihuni oleh Eyang
Kakung ( pelupa dan sering mengigau sendiri ), Tuan - Nyonya ( suami yang tak
mampu mengendalikan rumah tangga dan istri yang pencuriga dan egois ), Papa -
Mama ( menikah dalam usia muda karena “kecelakaan” dan hidup berfoya-foya ),
Mawar dan Noki ( pacarnya ) yang terseret dalam pergaulan bebas dan nikah siri
tanpa diketahui orangtuanya. Dan Ijah pembantu rumah tangga yang genit.
Orang-orang inilah yang akan berjuang keluar dari permasalahan hidup dan menyelamatkan
citra keluarga besarnya dari
kehancuran. Ibarat negara, akan hancur kalau masing-masing daerah (
orang ) ingin bebas ( merdeka ) sendiri-sendiri tanpa mempertahankan aturan dan
norma-norma moral yang berlaku.
BAGIAN 1
RUMAH
PUTIH DENGAN PERABOTAN ANTIK, SENAPAN ANGIN DI SISI KANAN TEMBOK, DUA ORANG
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SETENGAH BAYA, DUDUK MENGHADAP DUA BUAH LAYAR TV, ASYIK
MENYAKSIKAN DUNIA LAIN, SEBUAH DUNIA MAYA. MASING-MASING MENONTON ACARA TV
KESUKAAN SENDIRI. MENGHADAP PENONTON. DI BELAKANG NAMPAK MEJA DAN KURSI LAIN,
ALMARI TEMPAT MENYIMPAN PERKAKAS. DARI BELAKANG, TEPATNYA DARI ATAS SEORANG
PENCURI MELUNCUR TURUN DARI ATAP DENGAN TALI, MUKANYA DIBALUT KAIN HITAM,
PERSIS NINJA DI FILM-FILM. PENCURI DENGAN TENANG DAN KEHATI-HATIAN YANG PENUH,
TURUN PERLAHAN, MENGAMBILI PERHIASAN YANG MUDAH DIDAPAT, MASUK KE DALAM KAMAR
TEMPAT PERHIASAN LAIN DISIMPAN. KEMUDIAN NAIK LAGI KE ATAS KELUAR DENGAN AMAN
TUAN SUNAN
Maafkan. Selama ini aku hanya
diam saja. Habis bagaimana. Semua sudah
kau atasi sendiri. ( Sambil mengecilkan suara tv ).
NYONYA SUMIRAH
Hhhmmmmmmm. ( Batuk-batuk
dan semakin mengeraskan suara tv ).
TV
DIKECILKAN NYONYA SUMIRAH, BERDIRI LALU MENCARI OBAT. MEMBUKA-BUKA LEMARI, OBAT
YANG DICARI TIDAK ADA. MENDEKAT TUAN SUNAN, KESAL DAN MEMANDANG PENUH
KEBENCIAN. KEMBALI LAGI KE ALMARI MENCARI-CARI. KESAL. KE MEJA DAN MENGAMBIL
AIR MINUM SETELAH BATUK REJANNYA HEBAT MENGHANTAM TUBUH KURUSNYA
NYONYA SUMIRAH ( Batuk ).
Tak ada
yang beres di
rumah ini. Semuanya maling. ( Batuk ). Sampai
obat saja hilang. ( Bicara sambil membawa minuman ke tempat duduk di depan
tv ).
TUAN SUNAN
Kau kira aku yang mengambil.
( Sambil berdiri. Menyulut pipa rokok
tapi tidak berhasil ). Kita sudah tua, masak dari pernikahan dulu kita
terus-menerus bertengkar. Kapan hidup damai. Sebentar-sebentar protes. Ngambek.
Memangnya masalah hidup akan selesai dengan cara seperti itu.
NYONYA SUMIRAH
Kau kira ada yang
mendengarkan dan mempercayai kata-katamu. Dasar mata keranjang. ( Sambil
berdiri, nampak mengingat sesuatu dan emosial ). Kau masih saja punya
perasaan sama tetangga sebelah kan. Ya aku tahu dia lebih bahenol dan lebih
muda dariku. Kau kira aku tidak tahu tiap pagi kau pura-pura memberi makan
ayam-ayam di belakang rumah, sambil bertukar pandang dengan dia. Iya kan. Mengaku saja. ( TUAN SUNAN nampak
salah tingkah ). Tiap hari pula aku perhatikan tingkah polahmu dan aku
mencoba bersabar. Tapi sekali lagi kau berbuat begitu, hari itu pula kau harus
angkat kaki dari rumah ini. Banyak saksi mata yang melihat kau sering bertemu
dengan Rukiah, di terminal, di pasar sayur. Pantas suka pura-pura membantu aku
belikan sayur. Ternyata ada udang di balik batu. Dan berapa kali kau tua bangka
berboncengan dengan dia. Aku tidak bisa ditipu. Semuanya aku ketahui dengan
persis. ( Ketika TUAN SUNAN hendak
mendekat, NYONYA SUMIRAH menjauh, nampak benci ). Jangan sentuh aku lagi.
Semuanya telah berakhir. Sudah berakhir. ( Berkemas, masuk kamar ). Aku
benci. Aku benci. Aku benci.
TUAN
SUNAN HANYA BISA MENATAP KOSONG RUANG TAMU YANG SUNYI. MEMATIKAN SEMUA TV,
DUDUK DI SOFA PANJANG. BERDIRI, BERJALAN MEMANDANGI POTRET, KENANGAN
PENGANTIN, NAMPAK TERSENYUM,
MEMBERSIHKAN FOTO YANG SUDAH BERDEBU, KEMBALI MEMASANGNYA, DENGAN KEBAHAGIAAN
KECIL. BERJALAN KE ALMARI, MENCARI-CARI PIPA GADINGNYA DI DALAM ALMARI,
TERNYATA SUDAH TIDAK ADA. MENCARI LAGI KE SANA KE MARI, NAMUN TIDAK MENEMUKAN.
MELIHAT KAMAR NYONYA SUMIRAH DENGAN KESAL, RASANYA INGIN MEMBALAS DENDAM
TUAN SUNAN
Aku tahu siapa yang mencuri
di rumah ini. Aku sudah merasa sejak dulu. Dulu kelihatan baik. Tapi akhirnya
semuanya terbongkar sudah. Dia pencuriga. Sama tetangga saja dia tidak bisa
akur. Apa dia tidak sadar sebentar lagi akan mati. Mestinya ia berbaik-baik
dengan semua orang. Tidak justru penyakit dengki dan curiganya bertambah parah.
Aku sebagai kepala keluarga rupanya tidak pernah dihormati. Sikap egoisnya
telah menguasai seluruh hidupnya. Keberadaanku sebagai suaminya rasanya tidak
diakui lagi. Diremehkan. Tapi biarlah, suatu saat, ia pasti akan sadar.
BAGIAN 2
DARI
ARAH KAMAR BELAKANG MUNCUL SEORANG KAKEK, RAMBUT PUTIH SEMUA. MEMBAWA PIPA
GADING DAN MEROKOK, PAKAI BAJU JAS LENGKAP DENGAN SEPATU MENGKILAP. MEMBAWA TAS
KERJA DAN TONGKAT KERAMAT. BERJALAN PENUH WIBAWA MESKI JALANNYA SEMPOYONGAN.
DUDUK DI DEPAN MEJA DAN SEGERA MENGELUARKAN KACA MATA MINUSNYA, MENGELUARKAN
ARSIP-ARSIP YANG ADA DI DALAM TAS, MEMERIKSA DAN SESEKALI MEMBACA KERTAS
KERJANYA. SEBELUM DILANDA KEPIKUNAN YANG MENUMPUK, IA SEORANG MANAJER DI SEBUAH
PERUSAHAAN ROTI MILIKNYA SENDIRI. DULU BEGITU DIHORMATI. NAMUN SETELAH
KEPIKUNANNYA KUMAT IA BAGAI SAMPAH, TAK ADA GUNANYA, DIREMEHKAN ANAK BUAHNYA DAN SEMUA ORANG,
BAHKAN DIANGGAP MERESAHKAN DAN MEMBUAT REPOT KELUARGA, HAMPIR IA AKAN
DIMASUKKAN KE RUMAH SAKIT JIWA, TAPI DITOLAK OLEH PIHAK RUMAH SAKIT, PERNAH DI
PANTI WREDA, SEBULAN KEMUDIAN PIHAK PANTI KEBERATAN. KELUARGA TUAN SUNAN TIDAK
BISA BERBUAT BANYAK, MEREKA HARUS MENGURUSNYA. TUAN SUNAN KEMUDIAN MENDEKATI DAN MENGAMAT-NGAMATI PIPA
GADING YANG DIBAWA EYANG KAKUNG, YANG DILETAKKAN DI ASBAK. PIPA GADING ITU
DIAMBIL TUAN SUNAN, DIAMAT-AMATI DENGAN SEKSAMA, SEBELUM PIPA DIKEMBALIKAN LAGI
SUDAH DIREBUT KEMBALI OLEH EYANG KAKUNG
TUAN SUNAN
Kakung, ini sudah malam.
EYANG KAKUNG ( Sambil
memeriksa berkas-berkas ).
Semua pekerja memang brengsek
semua. Tidak becus kerja. Semua salah. Pembukuan macam apa ini. Kapan
perusahaan akan maju. ( Memandang sekeliling ). Sepagi ini juga belum
ada yang masuk. Hanya seorang jongos kantor. Disiplinmu boleh. Kamu memang
pekerja yang baik, pagi-pagi sudah buka kantor. Apakah sudah dipel dan
dibersihan semua meja kursi.
TUAN SUNAN
Sudah. ( Menjawab sambil
tidak enak ).
EYANG KAKUNG
Bagus. Bagus. Rencananya hari
ini akan ada rapat perusahaan. Kamu tahu tidak rasa-rasanya perusahaan ini
sudah menggaji para buruh lebih dari cukup. Bandingkan dengan perusahaan lain.
Silahkan. Bapak-bapak dan Ibu-ibu semua yang hadir dalam rapat perusahaan hari
ini. Tentunya semua yang hadir sudah memegang laporan perusahaan akhir-akhir
ini. Dan silahkan dibaca. Silahkan. Pertanyaannya. Bagaimana mungkin perusahaan
ini sudah mengalami kemerosotan yang begitu dratis. Pemasaran tidak jalan.
Sehingga di sana sini tidak ada pemasukan keuntungan sama sekali, kalau begini
terus, perusahaan akan bangkrut. Bangkrut. Kalau bangkrut aku akan keluar dan
kalian tidak akan aku beri pesangon sama sekali. Aku akan jual perusahaan dan
kemudian akan aku inveskan pada perkebunan durian. Di sana aku akan hidup lebih
sederhana lagi dan akan bahagia sekali melihat kebun-kebunku. Aku akan membuat
pondok rumah yang indah. Dan cucu-cucuku akan aku bawa ke sana semua setiap
bulan sekali. Aku akan bahagia. Aku akan beli beberapa kuda terbaik yang ada,
akan aku gunakan untuk tunggangan pribadi. Karena istriku sudah meninggal aku
akan memohon kepada anak-anak untuk mencarikan istri lagi yang lebih cantik dan
sempurna. Ah rasanya hidup akan membahagiakan.
TUAN SUNAN
Betul sekali Kung. Dan
sekarang calon istri Kakung sudah ada di sini.
EYANG KAKUNG
Apakah kamu tidak bohong.
TUAN SUNAN
Tidak. Sekarang Tuan Putri
sudah ada di kamar Kakung. Sudah menunggu sejak tadi. Sebaiknya Kakung lekas
tidur. ( Sambil membimbing EYANG KAKUNG ). Ijah ! Ijah !
IJAH ( Dari dalam
).
Iya Tuan. Ya Tuan. Sebentar !
TUAN SUNAN
Tolong Kakung di antar ke
kamar Tuan Putri. Kung Tuan Putri sudah menunggu. Kakung nanti langsung tidur
duluan saja. Iya. Iya Tuan Putri yang cantik jelita sudah menunggu.
EYANG KAKUNG
Ah betapa bahagianya hidup
ini. Tuan Putri yang cantik jelita tunggu aku sebentar. Tunggu jangan tidur
duluan. Ah Tuan Putri. Terima kasih anakku. Kamu memang anak yang berbudi luhur
sama orang tua. Aku doakan kamu mendapatkan istri yang paling cantik sedunia.
Seperti Cleopatra. Seperti Ken Dedes. Aha jangan mereka kan gila kekuasaan.
Perempuan kalau gila kuasa apa pun akan ia lakukan. Menghalalkan segala cara.
Kecantikan dan tubuhnya akan ia manfaatkan. Lebih baik cari perempuan cantik
yang alamiah. Aha kenangan
masa lalu. Kenangan yang
indah. ( Bernyanyi sambi menari-nari, merayu-rayu IJAH, sesekali
mencubit pipi IJAH ).
Abang-abang
gendero londo
Wetan
sitik kuburan mayit
Klambi
abang nggo tondo moto
Wedak
pupur nggo golek dhuwit
TUAN SUNAN
Iya Kung. Iya. Tuan Putri ada
di dalam. Sudah tidur. Jangan brisik. Nanti Tuan Putri terbangun. Kakung nyusul
tidur ya. Kasihan Tuan Putri sendirian. Silahkan masuk. ( Setelah EYANG KAKUNG
dan IJAH masuk, TUAN SUNAN nampak pikirannya lelah, duduk di sofa ). Hancur
semua. Hancur semua. ( Masuk kamar. Eksit ).
BAGIAN 3
DUA
ORANG PASANGAN MUDA MASUK, HABIS BERBELANJA, MEMBAWA BAWAAN BARANG-BARANG.
MELETAKKAN BARANG-BARANG DI ATAS MEJA. DUDUK DI SOFA NAMPAK CAPAI. YANG
LAKI-LAKI TINGGI KURUS BERWAJAH OVAL, YANG PEREMPUAN BERWAJAH BUNDAR, PUPURNYA
AGAK PUDAR. PASANGAN KELUARGA MUDA INI NAMPAK DENGAN LAGAK GAYA SOK MODERN
MAMA ( Sambil memeriksa barang ).
Papa tadi ada barang yang
lupa kita beli. Baju itu. Kosmetik itu. Kenapa kita lupa. Papa lupa kan beli
piyama. Kenapa kita menjadi pelupa. Jangan-jangan penyakit Kakung sudah menular
pada kita. ( Berdiri nampak kesal. Berjalan modar-mandir ). Semua
nampaknya sudah tidur. ( Melihat jam ).
PAPA
Panggil saja Ijah. Untuk
membereskan ini. Suruh buatkan Papa kopi.
MAMA
Ijah ! Ijah !
IJAH
Iya ! Sebentar ! ( IJAH
muncul ). Iya.
MAMA
Masukkan barang-barang ini.
PAPA
Ijah. ( Dengan suara
mesra, dan terus memandangi IJAH ). Jangan lupa buatkan kopi kesukaan Papa.
( Nampak MAMA tidak suka akan sikap PAPA, cemburu ). Cepat ya, Ijaaahh.
Apa si kecil sudah tidur.
IJAH
Iya. Sudah Tuan. ( Segera
pergi sambil membawa barang-barang. Genit ).
PAPA
Begitu saja cemburu. Tidak
apa kan sekali-sekali bersikap mesra sama pembantu. Agar mereka merasa kita
hargai. Begitu sayang. Jagan cemberut. Nah begitu kan manis. Lho masih masam.
Kalau gitu aku hitung tiga kali. Pasti tersenyum. Satu. Ha bibirnya mulai
tersungging. Dua. Sudah
mulai tersenyum. Oh
senyumnya baru sedikit.
Senyumnya dikulum. Dua setengah. Mulai merekah.
( MAMA lantas terseyum dan marah-marah ).
MAMA
Aku tidak suka Papa menggoda
begitu. Sudah. Sudah jangan bercanda. ( PAPA terus menggoda. Terjadi
kejar-kejaran di ruang. Sesekali PAPA tertangkap namun dapat meloloskan diri.
Terus bercanda. Mereka hampir berpelukan. Lalu MAMA meloloskan diri kembali ke
sofa, menghempaskan tubuh, mengambil buah jeruk, mengupas ).
IJAH ( Sambil menghidangkan kopi ).
Ini kopinya, Tuan. ( PAPA
hanya mengangguk, matanya tetap nakal ).
PAPA
Ngomong-ngomong kapan kita
bisa punya rumah sendiri. Masak terus-terusan numpang di mertua. Malu kan.
MAMA
Ayah Ibu saja tidak keberatan
kita tinggal di sini.
PAPA
Bukan masalah itu. Tapi
bagaimana tanggung jawab seorang suami. Di samping itu tidak enak kan sama
tetangga. Penilaian tetangga itulah yang
paling berat. Mereka sama sekali tidak mau tahu kondisi kita yang sebenarnya.
Mereka hanya tahu kalau kita numpang di mertua. Itu saja. Karena tidak tahu
itulah, omongan mereka tidak bersumber pada kebenaran. Jadinya yang diomongkan
yang jelek-jelek saja. Kata pepatah lebih baik menunjukkan sedikit kebaikan
kepada mertua dan jangan tinggal bersamanya. Daripada menunjukkan kebaikan yang
banyak tapi tinggal bersamanya. Karena jika tinggal bersamanya kalau ada
kejelekan sedikit saja maka semua kebaikan kita akan hilang. Seumur hidup yang
dikenang dan dibicarakan hanya kejelekan-kejelekan kita saja.
MAMA
Maunya Papa bagaimana. Papa
mau beli rumah. Memangnya kita punya uang.
PAPA
Ya itu masalahnya. ( Mereka
terdiam cukup lama. Berpikir. PAPA minum kopi, berdiri dan berjalan hilir mudik
).
MAMA
Selama ini kita tidak pernah
nabung. Kerjaan Papa juga tidak mesti. Kalau ada proyek baru kerja.
PAPA
Bagaimana kalau kita minta
warisan terlebih dahulu. Tanah warisan itu bisa kita jual untuk beli rumah.
MAMA
Papa nggak salah ngomong toh.
Orang tuaku masih hidup. Masak kita minta warisan terlebih dahulu.
PAPA
Sama saja toh nantinya kita
juga akan menerima. Papa kira Ayah Ibu akan setuju melihat kondisi kita seperti
ini.
MAMA
Tapi Mama tidak berani
ngomong.
PAPA
Ya harus Mama yang ngomong.
Mama yang bisa merayu. Pasti mau. Kalau Papa pasti sulit. Ibumu sih keras
sekali. Kaku.
MAMA
Tidak mau ! Tidak mau !
PAPA ( Terdiam
sejenak ).
Begini saja yang menghadap
kita berdua.
MAMA
Tapi yang ngomong Papa.
PAPA
Ya berdua.
MAMA
Berdua.
PAPA ( Sambil
dinyanyikan ).
Selamanya kita selalu berdua.
Selamanya kita selalu satu. Dalam suka dan duka. Selamanya kita bahagia.
Selamanya kita berdua. Berdua selamanya.
( Mereka nampak gembira.
Berdansa sambil masuk kamar. Eksit
).
BAGIAN 4
PAGI
HARI, DI TERAS RUMAH YANG NAMPAK LUAS, BERCAT PUTIH, DI PINGGIR TERAS DEPAN ADA
TULISAN JL. TUBIR 275. DI TERAS ADA SATU
MEJA, DUA KURSI, DAN EYANG KAKUNG TIDUR DI KURSI PANJANG, ADA BEBERAPA POT
BUNGA, TEMPAT MENYIRAM AIR, SUASANA NAMPAK ASRI. PAPA DAN MAMA MASUK DARI LUAR
SEHABIS KERJA. NAMPAK WAJAHNYA TEGANG. SEOLAH HABIS BERTENGKAR. MEREKA DUDUK
DIKURSI SALING TAK PEDULI
PAPA
Papa kan sudah bilang keluar
saja dari pekerjaan itu. Kenapa harus ngoyo-ngoyo kerja keras sedang gajinya
kecil. Enak perusahaan. Kita hanya diperas. Dijadikan sapi perahan. Dasar
kapitalis.
MAMA
Papa kira, Papa sudah
mendapatkan pekerjaan yang layak. Kerja tidak tetap gitu.
PAPA
Papa memang kerja tidak tetap
tapi sekali kerja gajinya kan besar tidak seperti Mama. Papa kerja di proyek
jadi kalau ada proyek pasti untungnya besar. Itu sudah bisa dipastikan. Tapi
memang tahun ini. Proyek apa pun seret. Negara kacau. Investor takut menanam
modal. Ini salah siapa. Mereka takut dibakar. Mereka takut didemo. Mereka takut
nggak untung. Negara nggak stabil. Pemerintah disangsikan bisa ngatasi.
MAMA
Mereka kan juga kapitalis.
Gitu mencemooh pekerjaan Mama.
PAPA
Papa tidak mencemooh. Papa
mengingatkan kalau kita kerja sama kapitalis siap-siap tenaga kita diperas
habis-habisan. Papa menyalahkan kapitalis itu kenapa menghargai tenaga kerja
kita sangat rendah. Ya sedikit manusiawi gitu lho.
MAMA
Kapitalis kok manusiawi.
Nggak laku. Nggak untung. Nggak kapitalis namanya.
PAPA
Ya sedikit sosialislah.
MAMA
Jadi kapitalis yang sosialis.
Masak ada. Kapitalis kok sosialis. Kapitalis ya kapitalis. Titik. Tidak
sosialis dan tidak manusiawi.
PAPA ( Mereka
terdiam sejenak. PAPA melihat EYANG KAKUNG ).
Kenapa lagi Kakung tiduran di
lantai. Bangunkan, Ma. Suruh tidur di dalam.
MAMA
Mama yakin, Kakung terkenang
lagi masa lalunya. Masa lalu yang membahagiakan. ( Mengambil senapan ).
Pasti Kakung terkenang saat waktu perjuangan dulu. Mama juga nggak habis pikir,
kenapa seseorang bisa jadi pelupa dan hanya ingat masa lalu saja. Tanpa sedikit
pun bisa diajak bicara masa kini. Apalagi masa depan. Hidup hanya untuk masa
lalu. Masa-masa kejayaan dulu. Apa itu yang dinamakan post power syndrom.
PAPA
Sok tahu ! Memangnya Kakung
punya kedudukan, punya jabatan, punya kuasa.
( Dari arah dalam masuk
Tuan Sunan dan Nyonya Sumirah ).
TUAN SUNAN ( Duduk
di kursi ).
Kalian habis kerja kok malah
di sini. Apa sudah makan. ( MAMA dan PAPA nampak saling celingukan, seolah ada
yang ingin dibicarakan dengan Ayahnya ).
NYONYA SUMIRAH
Sebenarnya ada apa sih. ( Duduk
di samping TUAN SUNAN ). Kelihatannya ada yang ingin dikatakan.
MAMA
Papa saja yang ngomong.
PAPA
Lebih baik Mama.
MAMA
Papa !
PAPA
Mama !
MAMA
Papa !
PAPA
Mama !
TUAN SUNAN
Kalian berdua seperti anak
kecil. Ada apa sebenarnya. Memang kalian menikah terlalu muda, bahkan kuliah
kalian nggak kalian selesaikan, mungkin itu yang menyebabkan kalian sering
tengkar. Tapi sekarang kalian harus lebih dewasa.
MAMA
Begini lho, Yah. Papa kan
ingin punya rumah.
PAPA
Mama yang pingin.
NYONYA SUMIRAH
Sudah ! Sudah ! Kalian tak
pernah dewasa.
MAMA
Jadi kami pingin beli rumah.
NYONYA SUMIRAH
Ya sudah kalau pinginnya
begitu. Ibu dan Ayah juga tidak keberatan, mungkin itu akan menjadi lebih baik
bagi kalian, agar bisa membangun keluarga secara mandiri. Rencananya mau beli
rumah di mana ?
MAMA
Masalahnya kami tidak punya
uang. Uang kami tidak cukup untuk beli rumah itu. Karenanya kami sepakat ingin
meminta hak kami pada Ayah Ibu.
TUAN SUNAN
Hak apa ?
MAMA
Kami ingin warisan yang
nantinya akan diberikan, kami minta dulu.
PAPA
Iya, Yah. Kami sangat
membutuhkan. Toh nanti juga warisan itu akan diberikan pada kami juga.
NYONYA SUMIRAH
Tidak bisa. T i d a k b i s a ! ( Mereka terdiam sejenak ).
Kalian tahu apa artinya warisan. Kami masih segar bugar begini kalian menuntut
warisan. Permintaan kalian itu tidak wajar. Toh kalian masih bisa tinggal di
rumah ini. Mestinya kalian sedikit-sedikit bisa menabung untuk masa depan.
Jangan bisanya cuma foya-foya, beli barang-barang yang mahal, barang yang belum
perlu. Tidak usah gengsi. Gaya hidup kalian harus diubah.
PAPA
Tapi kami ingin mandiri dan
terpisah Ayah dan Ibu.
NYONYA SUMIRAH
Itu bagus. Silahkan.
PAPA
Tapi kami perlu uang. Perlu
warisan itu.
NYONYA SUMIRAH
T i d a k b i s a.
T i d a k !!!! Kalian dengar.
MAMA
DAN PAPA WAJAHNYA NAMPAK SANGAT KECEWA, LEKAS MASUK RUMAH. SUASANA KEMUDIAN
SENYAP. TUAN SUNAN DAN NYONYA SUMIRAH SALING MENARIK NAFAS DALAM-DALAM
BAGIAN 5
DUA
ORANG REMAJA MEMBAWA TAS, SANGAT MODIS, YANG PEREMPUAN SEDIKIT MENOR, YANG
LAKI-LAKI SEDIKIT MACHO. MASUK KE HALAMAN, KE TERAS RUMAH
MAWAR
Assalamualaikum.
NYONYA SUMIRAH
Walaikumsalam. ( Mereka
saling bersalam-salaman, nampak NYONYA SUMIRAH tidak suka dengan NOKI ).
MAWAR
Bagaimana keadaan Ayah Ibu.
NYONYA SUMIRAH
Baik-baik.
MAWAR
Kakung bagaimana.
TUAN SUNAN
Baik-baik saja. Masih seperti
biasanya.
NYONYA SUMIRAH
Suratmu barusan tadi pagi
sampai. ( Mengambil surat yang ada di meja ). Ini belum Ibu baca. Apa
isinya sih.
MAWAR
Gimana Pak Pos sih, ini udah
dua minggu aku kirim. ( Mengambil surat ). Cap kantor pos di sini saja
tanggal 10, berarti sudah seminggu yang lalu. Dasar Pak Pos males.
NYONYA SUMIRAH
Padahal dia hampir saban hari
mampir ke sini. Apa dia lupa. Apa surat itu ketlinsut di kantor pos.
TUAN SUNAN
Sudahlah. Pokoknya anak kita
sudah sampai rumah dengan selamat.
MAWAR
Sebenarnya surat
ini hanya ingin
memberi tahu Ayah dan Ibu. ( Memasukkan surat ke tas
). Sudahlah nanti akan kami beritahu, jadi surat ini dianggap saja tidak pernah
ada.
NYONYA SUMIRAH
Ini bagaimana, surat sudah
sampai kok ditarik kembali. Sebenarnya ada
apa sih. Bagaimana kuliahmu. Jangan terlalu banyak pacaran. ( Menyindir
mereka berdua ). Ingat kuliahmu.
MAWAR
Terus terang kami sengaja
menghadap Ayah Ibu karena ingin membicarakan perihal hubungan kami. Saya harap
Ibu sudilah kiranya menganggap kami berdua sudah dewasa. Tidak seperti selama
ini Ayah Ibu merasa bahwa kami masih anak-anak sehingga tidak diperkenankan
berpendapat dan memutuskan segala sesuatu secara mandiri. Mawar percaya segala
sesuatu keputusan Ibu sebenarnya ingin membahagiakan diri Mawar, namun harus
Ibu ketahui bahwa tidak setiap keputusan Ibu yang berkaitan dengan Mawar selalu
baik buat Mawar. Seperti hubungan Mawar dengan Noki, memang Ibulah yang paling
tidak setuju karena berbagai pertimbangan……..
NYONYA SUMIRAH
Cukup ! Sekali Ibu tidak
setuju selamanya tidak setuju. Bisa dimengerti. Ibu tidak ingin mengulang yang
kedua kalinya. Lihat kehidupan kakakmu sekarang. Ini semua gara-gara menikah
terlalu muda. Seandainya tidak terjadi “kecelakaan” itu tentu Ibu tidak mau
menikahkan. Dan sekarang lihatlah siapa yang membelikan susu dan keperluan ponakanmu yang masih bayi itu.
Bukan dia kan ?
MAWAR
Bagaimana Ayah ?
NYONYA SUMIRAH ( Begitu TUAN SUNAN hendak menjawab NYONYA SUMIRAH
memotong ).
Semua masalah anak-anak
Ibulah yang bertanggung jawab. Semua yang memutuskan Ibu. Tidak boleh ada yang
membantah keputusan Ibu. Kalau Ibu sudah memutuskan, tentu demi kebahagiaan
anak-anak. Kebaikan Ibu dan masa depan kalian. Demi nama baik keluarga.
NOKI
Maaf Ibu. Mengenai hubungan
kami. Rasanya tidak sesederhana yang Ibu bayangkan. Permasalahan kami pelik.
Dan kami tidak mau putus hanya karena paksaan orangtua.
NYONYA SUMIRAH
Di sini Anda tamu. Harap itu
dimengerti.
MAWAR
Ibu harus mengerti
permasalahan kami. Terus terang selama ini kami merahasiakan hubungan kami yang
sebenarnya. Sekarang saatnyalah kami harus berterus terang. Sebelumnya kami
minta maaf sama Ayah dan Ibu. Sebenarnya kami telah menikah.
NYONYA SUMIRAH
Apa ! Nggak salah Ibu dengar
!
MAWAR
Tidak Ibu. Sejak di semester
satu, saat itu pula kami sepakat untuk menikah secara siri, tanpa memberitahu
Ayah Ibu.
NYONYA SUMIRAH
Itu tidak sah. Kami tak ada
yang dilibatkan. Itu tidak sah.
NOKI
Masalahnya bukannya sah atau
tidak sah menurut Ibu. Tapi kami telah berjanji di hadapan Allah, terlebih ada
saksinya pula.
NYONYA SUMIRAH
Ibu tidak meminta pendapatmu.
MAWAR
Noki benar Ibu. Ibu tidak
boleh keras seperti ini. Ini menyangkut masa depan Mawar.
NYONYA SUMIRAH
Ibu tahu apa yang terbaik
untuk anak-anakku.
MAWAR
Lalu Ibu tetap ingin
menjodohkan Mawar dengan Ajiz. Apa Ibu tahu apakah Ajiz bisa menerima apa
adanya diriku. Mawar sudah tidak seperti dulu lagi. Ibu harus paham itu.
NYONYA SUMIRAH
Maksudmu ? ( MAWAR mulai
terisak ).
NOKI
Kami kira Ibu sudah dapat
memahaminya apa artinya pernikahan. Kami adalah suami istri.
NYONYA SUMIRAH
Jadi kalian telah melakukan
………….
NOKI
Ya. Karena kami suami istri
dan hal itu sudah sah.
NYONYA SUMIRAH
Kurang ajar kamu Noki.
Berani-beraninya menjamah anakku.
NOKI
Kami sudah suami istri Ibu.
NYONYA SUMIRAH
Meski begitu kalian tetap
putus. Putus. Berani-beraninya kau menodai anakku. Pastilah semua itu karena
akal muslihatmu saja. Akal bulusmu saja. Kau menipu anakku dengan bujuk rayu
gombalmu itu. Kau kira aku tidak tahu sejarah keluargamu. Kau kira siapa
sebenarnya Ibumu. Siapa Ayahmu. Makanya sejak dulu aku tidak setuju hubungan
kalian. Jadi benar kan kata pepatah anak tidak jauh dari orang tua. Tabiat
orangtua akan menurun ke anaknya.
NOKI
Ibu bicara apa. Sebagai
orangtua bicaralah yang baik.
TUAN SUNAN
Sebaiknya kita bicarakan
nanti saja. Biar mereka istirahat dulu. Biar pikiran tenang. Semua masalah
dapat dipecahkan dengan jernih.
NYONYA SUMIRAH
Tidak bisa. Sudah tidak usah
ikut campur urusan ini. Biar aku atasi sendiri. Ketahuilah anak muda, Ibumu
dulu seorang pelacur, aku tahu persis. Dan Ayahmu seorang mantan preman yang
kerjanya merampok. Seorang bajingan. Kalian berasal dari keluarga rusak.
NOKI
Ketahuilah Ibu, bahwa sebelum
Mawar berhubungan dengan diriku, dia pernah diperkosa, siapa yang memperkosa,
tak lain dan tak bukan menantu Ibu sendiri, Umar. Bagaimana mungkin kakak ipar
memperkosa adik istri sendiri. Jadi dalam keluarga Ibu juga mengalir darah
bajingan bukan.
NYONYA SUMIRAH
Bicaramu yang benar. ( Terdiam
sejenak ). Mawar, apa benar cerita Noki. ( MAWAR mengangguk dan kembali
menangis lagi ). Rusak semuanya. ( Marah pada TUAN SUNAN ). Ini
gara-gara kamu tidak bisa memimpin keluarga. Peran apa sebenarnya yang sedang
kau lakukan. Kepala keluarga, bukan.
TUAN SUNAN
Katanya kamu sudah bisa
mengatasi semuanya. Jangan salahkan aku. Salahkan dirimu sendiri yang keras
kepala. Suka memaksakan kehendak.
NYONYA SUMIRAH
Mawar ! Katakan semua cerita
ini tidak benar. Mawar ! Katakan semua ini tidak benar. Tidak benar kan !
MAWAR ( Menangis
tersedu-sedu ).
Maafkan Mawar. Maafkan Ibu.
Maafkan Ayah. Maafkan. Semua itu benar. Semua itu benar.
TUAN SUNAN
Sebaiknya sekarang kita cari
jalan keluar terbaik bagi mereka berdua. Jangan sampai merusak masa depan
mereka.
NYONYA SUMIRAH
Jalan terbaik adalah Mawar
putus dengan Noki. Titik.
MAWAR
Ibu mau membunuh diriku
perlahan.
NYONYA SUMIRAH
Rusak semuanya ! Rusak !
Siapa yang kamu anut selama ini. Siapa Mawar. Sehingga dirimu begitu hina.
Semua ini pastilah gara-gara kamu Noki. Sekarang keluar dari rumahku. Aku tidak
sudi punya menantu sepertimu.
NOKI
Baik Ibu. Tapi ketahuilah
semua masalah ini yang menyebabkan Ibu sendiri. Kalau Ibu benar bisa mendidik
anak-anak Ibu tak mungkin akan terjadi seperti ini. Kekakuan pikiran Ibu dan
mau menangnya sendirilah yang menyebabkan ini semua. Benar kata Ayah, semua ini
karena kehendak berkuasa Ibu yang berlebihan terhadap semua isi rumah ini.
NYONYA SUMIRAH
Keluar dari rumah ini ! Tahu
apa kamu tentang kehidupan. Keluar ! Keluar !
NOKI
Baiklah ! Ketahui bahwa Mawar
kini tengah mengandung anakku.
NYONYA SUMIRAH
Kurang ajar ! Keluar ! Keluar
!
NOKI EKSIT. LAMPU PERLAHAN
MEREDUP HINGGA GELAP, DIIRINGI KESEDIHAN YANG MENUSUK-NUSUK. MEREKA TERDIAM
SEPERTI PATUNG HENDAK RUNTUH
BAGIAN 6
DI
RUANG MAKAN, MEJA MAKAN MEMANJANG. NYONYA SUMIRAH DUDUK DI KURSI YANG
MENGESANKAN BAHWA DIA PEMIMPIN KELUARGA. DI KELILINGI MAMA, PAPA, MAWAR, EYANG
KAKUNG DAN TUAN SUNAN. IJAH SIBUK MENYIAPKAN HIDANGAN MAKAN MALAM. SUASANA AGAK
TEGANG SALING CURIGA DENGAN PANDANGAN MATA YANG GANJIL DAN MENGANCAM. SAMBIL
MULAI MAKAN
NYONYA SUMIRAH
Di rumah ini aku rasa sudah
tidak tentram lagi. Tingkah laku kalian sudah keterlaluan. Ibu juga tidak tahu
siapa yang mencuri perhiasan Ibu. Ibu sudah mencarinya tidak ketemu juga.
Berarti ada maling
di rumah ini. Apa
mungkin Ijah yang
mengambil. ( Terdiam semua ). Umar ! Jadi benar kau telah
melakukan pada Mawar ? ( PAPA hanya diam saja, menunduk ).
MAMA
Kau benar-benar tak tahu
malu. Kau berani melakukan pada adiku sendiri. Kau mengkhianati perkawinan
kita. Dasar mata keranjang.
EYANG KAKUNG
Oh gadisku. Baju merah, wajah
cerah. ( Pada MAWAR ). Kekasihku
pujaan hatiku. ( Pada
PAPA yang duduk di sebelahnya ).
Tolong sampaikan salamku padanya. Tolong. Nanti tak kasih hadiah. Sampaikan
salamku padanya ya. Ini namanya cinta pada pandangan pertama. Siapa namanya ?
Aku belum kenal. Baru hari ini aku melihatnya. ( PAPA hanya diam saja dan
sesekali menganggukkan kepala. EYANG KAKUNG kemudian menyanyi dan mendekati
MAWAR ).
Abang-abang
gendero londo.
Klambi
abang nggo tondo moto.
MAWAR
Kung ! Ingat ! Aku Mawar, Kung. Cucu Kakung.
Kung ! Ingat ! ( EYANG
KAKUNG terus merayu ).
NYONYA SUMIRAH
Kakung ingat Kung. Maemnya
dihabiskan dulu. Ijah ! Ijah !
EYANG KAKUNG
Oh gendero londoku. Oh klambi abangku. Oh matahariku. Oh kekasihku. Oh
menor-menorku.
IJAH
Kung ! Klambi abang Kakung di
dalam kamar. Ayo kita ambil. Di dalam kamar.
Ayo ke sana.
Ada di dalam. Menunggu Kakung. ( EYANG KAKUNG menurut sambil
ngomel klambi abang ).
NYONYA SUMIRAH
Jadi Ibu tidak tahu bagaimana
lagi kita harus menegakkan martabat keluarga. Apa dari dulu hingga kini
keluarga kita harus menjadi jelaga dalam sejarah. Tidak bisa menampilkan trah
keluarga yang bisa dibanggakan. Dua anakku rasanya juga mengalami nasib yang
tidak enak juga. Lastri, rupanya terlalu dini menikah, kau salah memilih suami,
memang dulu, Umar, kelihatan baik, tapi apa yang diperbuat pada Mawar adalah
malapetaka keluarga, noda hitam yang tak akan terhapus. Dan kau Mawar juga
mengambil langkah yang salah dalam cara bergaul, kau ulangi kesalahan yang
dilakukan kakakmu, dan kini kau hamil. Ayahmu sendiri tidak mampu memimpin
keluarga. Justru mata keranjangnya makin menjadi-jadi. Hidup di rumah ini
rasanya asing. Semua penghuni tidak ada yang saling mempercayai. Semua asing.
TUAN SUNAN
Tentu saja karena ingin
saling menang sendiri.
MAWAR
Ada yang ingin memaksakan
kehendak sendiri.
MAMA
Kapal ini sudah karam. Nama
keluarga sudah tercoreng. Untuk apa dipertahankan.
NYONYA SUMIRAH
Ibu melakukan itu semua
karena ingin menyelamatkan keluarga.
TUAN SUNAN
Tabiatmu itulah yang
menghancurkan semua ini. Kehendak berkuasa berlebihan itulah sumber malapetaka.
Mulanya tidak dirasakan tapi dampak dari kepemimpinanmu yang otoriter,
anak-anak jadi korban. Biduk keluarga pecah. Ingin bebas sendiri-sendiri.
Sesuai keinginan masing-masing. Tanpa tahu jalan yang ditempuh benar apa salah.
Semua salah kaprah. Tak ada kebaikan yang muncul dari jiwa yang bersih, karena
dalam diri dan kalbu kita sudah dikotori perasaan-perasaan tidak senang dan
ingin menang sendiri. Ingin berkuasa sendiri.
NYONYA SUMIRAH
Apa yang kau tahu dengan
kepemimpinan.
TUAN SUNAN
Pikiranmu itulah yang
menyesatkan dirimu. Tidak mau mendegarkan pendapat orang lain. Tidak mau
mempercayai orang lain. Seolah dirimu adalah pusat kebenaran. Padahal kebenaran
jauh dari jangkauan tanganmu. Karena kebenaran dalam hidup hanyalah mengarah
pada kebaikan kita semua. Kebaikan yang bersumber pada moral dan agama.
Kebaikan yang membuat diri kita tidak berdaya di hadapan Allah. Tidak
sebaliknya, membuat diri kita angkuh, keras, tidak mau dikritik dan
sewenang-wenang. Itu semua hanya membuat diri kita rendah di mata Allah. Rendah
di mata keluarga. Rendah di mata masyarakat. Tunjukkan kebaikan dirimu dengan
bercermin dengan luka-luka masa lalu. Masa lalu adalah cermin untuk masa depan.
Semua ini salah kita. Karena kita tidak saling percaya pada anggota keluarga
sendiri. Sekarang terserah. Kalau Ibu masih ingin memimpin keluarga ini. Atau
ingin mundur. Silahkan. Yang penting ciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan
keluarga. Jangan hanya mempertahankan keinginan-keinginan yang semu saja.
Hadapi kenyataan dengan lapang dada. Dan ambil jalan keluar yang tepat. Kalau
Mawar kini sudah hamil sama Noki apa mungkin kita biarkan bayi itu tidak
berayah.
EYANG KAKUNG ( Keluar
membawa senapan ).
Angkat tangan semua. Buka
topi. Topinya dibuka. ( Semua angkat tangan karena kaget ). Ha ha ha ha
ha. Si Penguasa akhirnya menyerah juga. Aku menang. Aku menang. Aku menang. ( Pada
IJAH ). Siap grak. Lapor komandan. Pasukan sudah menyerah. Mereka mengaku
kalah. Mereka membuka topi. Tanda kalah. Kalah komandan. Kita menang. Kita
menang. Mereka kalah. Hidup perjuangan. Hidup perjuangan. Merdeka. Merdeka.
Hidup kita menang. Hidup kita menang. Hidup mereka kalah. Hidup mereka kalah.
Mereka kalah. Mereka kalah. Mereka menyerah. Mereka menyerah dalam hidup. Kita
menang dalam hidup.
IJAH
Pasukan !
EYANG KAKUNG
Siap !
IJAH
Balik kanan ! Grak ! Maju
jalan. Satu. Dua. Tiga. Satu. Dua. Tiga. Belok kiri. Grak. Satu. Dua. Tiga.
EYANG
KAKUNG DAN IJAH MASUK KAMAR. EKSIT. YANG LAGI TERDIAM DALAM KEBISUAN YANG
MEMUNCAK, TERPIKIRKAN ATAS NASIB HIDUPNYA MASING-MASING. MEREFLEKSI DIRI. JALAN
APA YANG HARUS DITEMPUH
BAGIAN 7
SEPERTI
ADEGAN PERTAMA. NYONYA SUMIRAH DAN TUAN SUNAN
MENGHADAP LAYAR KACA MASING-MASING, MENGHADAP PENONTON, SEMENTARA MEJA
DAN KURSI SOFA ADA DI BELAKANG. LARUT MALAM. ADA SUARA KENTONGAN BERTALU-TALU.
MEREKA ASYIK MENONTON TV SENDIRI-SENDIRI, SESEKALI BERGANTI KE CHANEL LAIN.
WAJAH MEREKA DINGIN, DIAM, SEOLAH SEDANG MEMIKIRKAN SESUATU, SOROT MATANYA
KOSONG, TAK PEDULI PADA SEKITAR, TAK PEDULI PADA YANG LAIN. SEORANG PENCURI
MASUK DENGAN BAJU NINJA, TURUN DARI ATAS DENGAN TALI YANG MENGELANTUNG, TURUN PERLAHAN
DENGAN TENANG, MEMBUKA ALMARI, MENGAMBIL BARANG, MASUK KAMAR NYONYA SUMIRAH,
MENGAMBIL BARANG, PERHIASAN DAN UANG, KEMBALI, TERTARIK PADA JAM TANGAN YANG
TERGELETAK DI MEJA DEKAT SOFA
EYANG KAKUNG (
Dari pintu ).
Angkat tangan. ( Maling
kaget bukan main, mengangkat tangan, meletakkan barang curian ). Buka topi
! Buka topi ! ( Maling membuka kerudung, wajahnya terlihat. Sementara itu
TUAN SUNAN dan NYONYA SUMIRAH cuek saja pada apa yang terjadi. Mereka sudah
muak dengan kelakuan EYANG KAKUNG yang selalu mengganggu hidup mereka ).
Jangan bergerak ! Aku tembak ! Angkat tangan !
PAPA ( Menyanyi
Tul Jaenak, disambut EYANG KAKUNG yang gembira bukan main mendengar lagu
kesukaannya. Mereka sambil menari berputar-putar dengan kebahagiaan tersendiri.
PAPA melepaskan semua baju hitamnya.
Tiba-tiba muncul IJAH dengan pakaian minim, seronok, mengundang birahi. Ikut
menari, mula-mula menari bersama EYANG KAKUNG. Kemudian menari bersama PAPA.
Saling bergandeng tangan. PAPA dan IJAH menari mesra sekali. PAPA memberikan
kantung berisi perhiasan, hasil curian, lalu membelai rambut IJAH. IJAH senang
dengan pemberian itu, lalu mencium tangan PAPA ).
Tul
jaenak
Jare
jatul jaeji
Kuntul
jare banyak
Ndoke
bajul kari siji
Abang-abang
gendero londo
Wetan
sitik kuburan mayit
Klambi
abang nggo tondo moto
Wedak
pupur nggo golek dhuwit
NYONYA
SUMIRAH DAN TUAN SUNAN CUEK BUKAN MAIN. PERLAHAN DAN PASTI MEREKA MENGERASKAN
SUARA TV, SEHINGGA SUARA NYANYIAN EYANG KAKUNG, PAPA DAN IJAH PERLAHAN HILANG,
TAK TERDENGAR MESKI PENAMPAKAN MEREKA MASIH MENARI-NARI. SEOLAH MENGGODA
KEHIDUPAN. LAMPU MULAI MEREDUP PERLAHAN HINGGA HITAM KELAM. TINGGAL SUARA
TELEVISI YANG MAKIN MENGERAS, BERISIK TAK TERUSIK, SILIH BERGANTI, TAK JELAS
SUARA APA YANG TERDENGAR, SAHUT MENYAHUT, MELAMBUNG-LAMBUNG, KERING DI TELINGA.
SAMPAI PUNCAKNYA, TIBA-TIBA SUARA ITU MATI, SEOLAH ADA CHANEL YANG
TERPUTUS
S E L
E S A I
B I O D A T A S.
Y O G A
S. Yoga dilahirkan di
Purworejo Jawa Tengah tahun 70an, semasa kecil gemar akan wayang dan ketoprak,
sejak SD sudah berkenalan dengan bacaan anak majalah Bobo dan Si Kuncung,
perpustakaan di sekolah dasar merupakan pemicu utama kenapa ia akhirnya
bergelut di dunia sastra. Sewaktu SMA ia telah memilih jurusan Bahasa dan
Budaya sehingga banyak mempelajari sastra dan budaya, waktu itu ia kesengsem
dengan karya-karya, Danarto, Iwan Simatupang, Budi Darma dan Putu Wijaya.
Bersama teman-teman SMA tahun 1988 ia pernah membuat antologi cerpen dan puisi;
Kering Shanira.
Kemudian melajutkan kuliah di
Jurusan Sosiologi FISIP Unair Surabaya, di mana ia berkenalan dengan
teori-teori ilmu sosial. Beberapa karya-karyanya masuk antologi lomba cipta
cerpen dan puisi, dan juga banyak disebarluaskan di majalah dan media massa.
Kini bekerja sebagai Fasilitator Kecamatan untuk Program Pengembangan Kecamatan
di Madiun
Di antaranya karya-karyanya
dimuat di Jurnal Cerpen, Jurnal Puisi, Graffiti Imaji-Antologi Cerpen Pendek
YMS 2002, Para Penari-Lomba Cipta Cerpen Nasional Kota Batu 2002, Sepuluh Besar
Lomba Cipta Cerpen Nasional Bali Post 2002, Dari Negeri Asing-Lomba Cipta
Cerpen Forum Lingkar Pena 2002, Antologi Puisi Indonesia 1997-KSI, Gelak Esai
& Ombak Sajak Anno 2001-Kompas, Amsal Sebuah Patung-Borobudur Award 1997,
Lampung Kenangan Lomba Cipta Puisi Krakatau Award 2002, Semi Finalis Poetry.
Com bulan Agustus 2002, Lomba Cipta Cerpen dan Puisi KOPISISA Purworejo 1998,
Permohonan Hijau-Antologi Penyair Jawa Timur 2003, Dewan Bahasa dan Pustaka
Malaysia, Horison, Surabaya Post, Sinar Harapan, The Jakarta Post, Jawa Pos,
Surya, Lampung Post, Surabaya News, Suara Merdeka, Solo Pos, Suara Karya dan
Bali Post, Radio Jerman.
Pernah juga mencoba menjadi
sutradara film independen bersama teman-temannya di @rekfilm Surabaya untuk
lomba film di TVRI Surabaya tahun 2002, filmnya yang berjudul Ia yang Pergi dan
Ia yang Kembali terpilih sebagai film terbaik.
Alamat
Jl. Ki Ageng Pemanahan Blok L 275
Perum Asabri Selo Kanigoro
Madiun
E-mail s_yoga5@yahoo.com
Telepon
0351-457276
Handphone
08123438854
Comments
Post a Comment