Apalah Arti Sebuah Nama
Nama unik (Googleimage) |
Seberapa penting arti sebuah "nama" bagi Anda?
Dulu, aku sempat berpikir bahwa namaku nggak keren. Nama kok "Isnan"! Ya mbok Alex, Michael, Diego, Primus, apa Aliando. Lebih keren! :P !Sempat kesal juga ketika tetangga, teman, dan saudara memanggilku "Isnen". Tambah nggak keren lagi! Entah bagaimana sejarahnya nama "Isnan" kok bisa berubah jadi "Isnen". Mungkin, "Isnen" lebih mudah diucapkan daripada "Isnan".
Dulu, aku sempat berpikir bahwa namaku nggak keren. Nama kok "Isnan"! Ya mbok Alex, Michael, Diego, Primus, apa Aliando. Lebih keren! :P !Sempat kesal juga ketika tetangga, teman, dan saudara memanggilku "Isnen". Tambah nggak keren lagi! Entah bagaimana sejarahnya nama "Isnan" kok bisa berubah jadi "Isnen". Mungkin, "Isnen" lebih mudah diucapkan daripada "Isnan".
Nama lengkapku Isnan Adi Priyatno. Belakangan, aku tahu nama "Isnan" diambil dari bahasa Arab "Itsnaini" yang artinya "kedua". Dari beberapa literatur yang aku baca, "Adi" memiliki arti cukup banyak. Beberapa diantaranya anugerah yang baik, indah, baik hati, dan tampan :P . Kalau "Priyatno", mungkin dari kata "priyatin" atau "Prihatin" yang dalam KBBI berarti "menahan diri". Jadi, Isnan Adi Priyatno adalah "Anak kedua yang tampan, baik hati dan bisa menahan diri". Wah, sangar ya! :P
Bisa dibilang, masyarakat Indonesia memiliki dua pandangan yang berbeda tentang sebuah"nama". Ada yang beranggapan bahwa "apalah arti sebuah nama", ada juga yang beranggapan "nama adalah sebuah doa". Tidak heran, ada kalangan yang benar-benar memikirkan dengan matang nama untuk anak-anaknya, bahkan sebelum menikah sudah dipersiapkan. Ada juga, kalangan yang terkesan asal memberi nama anak-anaknya.
Nama unik (MetroTv) |
Nama adalah sebutan atau label yang diberikan kepada benda, manusia, tempat, produk (misalnya merek produk) dan bahkan gagasan atau konsep, yang biasanya digunakan untuk membedakan satu sama lain. Nama dapat dipakai untuk mengenali sekelompok atau hanya sebuah benda (Wikipedia). Berdasarkan definisi tersebut, fungsi sebuah nama memang cukup penting yaitu untuk mengenali dan membedakan satu sama lain. Bayangkan kalau tidak ada nama? Guru-guru di kelas pasti kerepotan ketika melakukan absensi ya? Gundul bunder berangkat? Yang cantik berangkat?:P Yang item, krempeng, kuyingen dimana kok nggak kelihatan? :P
"Nama" dapat mencerminkan identitas kedaerahan, status sosial, dan agama seseorang. Kita dapat dengan mudah menengetahui bahwa Hotman Sitompul adalah orang Batak atau I Gusti Ngurah Rai berasal dari Bali. Di Jawa, pada zaman kerajaan sampai zaman kolonial, nama adalah sesuatu yang sangat "prestis". "Nama" dibuat sedemikian rupa untuk menujukkan status sosial si pemilik nama. Dari nama, julukan, atau gelar yang dimilikinya, kita dapat mengetahui status sosialnya(ningrat atau bukan, bangsawan atau bukan, jabatan dalam pekerjaan). Kaum bangsawan Jawa misalnya, biasa menambahkan "Mas" pada namanya. Konon, Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang sering membahas isu sosial era kolonial belanda, menghapus "Mas" pada namanya (Mastoer menjadi Toer) karena dianggap terlalu aristokratik, berlawanan dengan ideologinya. Di kalangan kerajaan Jawa lebih rumit lagi, terlalu panjang kalau saya bahas di sini :P
Di era revolusi industri 4.0, disrupsi telah merambah sampai hal yang paling sepele, soal "nama" misalnya. Di Banyumas, (mungkin hanya di daerah kota) sudah jarang, anak-anak yang bernama Slamet, Paino, Paijo, Parmin, Surti, Dikem, Dalipah dan nama-nama "njawa" lainnya. Mengapa demikian? Barangkali, karena hegemoni budaya asing yang semakin kuat sehingga masyarakat meninggalkan atribut-atribut kedaerahan mereka. Budaya asing telah membuat masyarakat hilang selera dengan budayanya sendiri, bahkan untuk urusan "nama". Mungkin, dua atau tiga dekade lagi, nama "Slamet" hanya tinggal legenda. :P
Di kalangan masyarakat desa sendiri ada istilah yang cukup unik yaitu "kaboten jeneng". Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan ketidaksesuaian nama seseorang dengan rupa atau status sosial yang dimiliki. Kriteria "kaboten jeneng" biasanya sangat subjektif.
Di kalangan masyarakat desa sendiri ada istilah yang cukup unik yaitu "kaboten jeneng". Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan ketidaksesuaian nama seseorang dengan rupa atau status sosial yang dimiliki. Kriteria "kaboten jeneng" biasanya sangat subjektif.
Soal pemberian "nama" adalah hak pribadi seseorang. Saya sendiri berkeyakinan bahwa nama adalah sebuah doa. Pilihlah nama yang "baik" untuk anak-anak Anda, tanpa meninggalkan identitas kedaerahan Anda.
Salam!
Salam!
Penulis:
Isnan Adi Priyatno
Comments
Post a Comment