Bung Karno Nggak Rock n Roll
Bung Karno-musiklik.com |
Halo sobat baca! Saat ini, musik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Beberapa kalangan menganggap bahwa musik adalah bagian gaya hidup. Bahkan, karakter seseorang "konon" dapat dilihat dari genre musik yang disukainya. Misalnya, penyuka musik rock "katanya" adalah orang-orang yang berwatak keras kepala dan pemberontak. Selain itu, genre musik "konon" mencerminkan status sosial penggemarnya. Misalnya, musik Jazz dianggap sebagai musiknya orang-orang kelas atas atau musik dangdut dianggap sebagai musik rakyat.
Salah satu genre musik yang populer di seluruh dunia adalah rock n roll. Genre yang identik dengan anak muda ini mulai muncul di Amerika tahun 1940-an. Saking populernya, rock n roll tidak hanya sebatas tentang musik, tapi juga merambah pada gaya berpakaian, gaya hidup, dan bahasa.
Rock n roll 50-60s (googleimage) |
Pada tahun 60-an, musik rock n roll sedang berada di puncak kejayaan. Seluruh dunia menggandrungi musik rock n roll. Salah satu grup musik beraliran rock n roll yang sangat populer saat itu adalah The Beatles, band rock n roll asal Inggris. Selain itu, Elvis Presley, penyanyi rock n roll asal Amerika juga tak kalah populer. Indonesia pun memiliki grup musik beraliran pop/rock n roll bernama Koes Plus. Grup musik tersebut dibentuk pada tahun 1963. Banyak yang berpendapat bahwa musik Koes Plus berkiblat pada The Beatles.
Meskipun musik rock n roll populer di seluruh dunia, bukan berarti musik tersebut disukai semua orang. Presiden Soekarno misalnya. Beliau adalah satu tokoh yang bisa dibilang sangat anti dengan musik ini. Bung Karno yang dikenal sebagai tokoh anti imperialisme barat menganggap musik rock n roll (musik ngak-ngik-ngok) adalah bagian dari imperialisme budaya. Dalam buku Seni Lukis Indonesia Masa Jepang sampai Lekra, Agus Burhan menjelaskan bahwa Bung Karno menyerukan kepada bangsa Indonesia untuk kembali kepada kebudayaan nasional dan harus berkepribadian nasional. Bung Karno juga mengecam kebudayaan Barat yang memperkenalkan tarian rock n roll, dansa cha-cha-cha, dan musik ala ngak-ngik-ngok. Kecaman tersebut pun berbuntut pada pelarangan grup musik The Beatles dan pengikutnya (Koes Plus) di Indonesia.
Larangan musik ngak-ngik-ngok di Indonesia menuai berbagai reaksi. Salah satunya dari putra Bung Karno yaitu Guntur Soekarnoputra. Sejak SD, Guntur sudah bisa bermain gitar. Ketika SMP dia memiliki grup musik. Keinginannya mengikuti tren musik saat itu terhalang peraturan yang dibuat oleh bapaknya.
Larangan musik ngak-ngik-ngok di Indonesia menuai berbagai reaksi. Salah satunya dari putra Bung Karno yaitu Guntur Soekarnoputra. Sejak SD, Guntur sudah bisa bermain gitar. Ketika SMP dia memiliki grup musik. Keinginannya mengikuti tren musik saat itu terhalang peraturan yang dibuat oleh bapaknya.
Gaya rambut Beatles-googleimage |
Sentimen Presiden Soekarno terhadap musik rock n roll berlanjut kepada segala hal yang berbau The Beatles. Tidak hanya musiknya yang dilarang, gaya ala-ala Beatles pun dilarang. Dalam buku Tembak Bung Karno, Rugi 30 Sen; Sisi Lain Putra Sang Fajar yang Tak Terungkap, Walentina de Jonge mengungkapkan bahwa tukang cukur dilarang melayani pelanggan yang ingin potong ala The Beatles. Razia rambut gondrong dimana-mana. Dalam pidato resminya tahun 1964, Bung Karno memerintahkan polisi untuk membawa anak-anak muda berambut model Beatles ke tukang cukur. Di luar pidatonya, Bung Karno juga tegas memerintahkan agar siapapun yang berambut gondrong dibikin plontos.
Para gondrongers pasti ngilu nih bacanya! :P
Setelah merdeka dari bangsa kolonial, Bung Karno memang terus mendengungkan semangat anti imperialisme Barat. Pelarangan kebudayaan Barat di Indonesia dirasa sejalan dengan semangat tersebut. Bangsa Indonesia yang masih "muda" pada waktu itu diharapkan dapat menumbuhkan kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian bangsa.
Di era kebebasan berekspresi saat ini, semua orang bebas mendengarkan musik yang mereka suka. Semua orang pun bebas bergaya sesuai dengan keinginan mereka. Satu hal yang hal yang perlu dicermati bahwa "kebebasan berekspresi" yang kita miliki jangan sampai membuat kita "kebablasan berekspresi".
Di era kebebasan berekspresi saat ini, semua orang bebas mendengarkan musik yang mereka suka. Semua orang pun bebas bergaya sesuai dengan keinginan mereka. Satu hal yang hal yang perlu dicermati bahwa "kebebasan berekspresi" yang kita miliki jangan sampai membuat kita "kebablasan berekspresi".
Bagaimana nih tanggapan sobat baca?
Penulis:
Isnan Adi Priyatno
Comments
Post a Comment